Featured Post

Recommended

Menyukai Hujan

Sore hari di akhir Oktober. Langit menggelap karena awan hitam pekat berkumpul. Hembusan angin mulai terasa dingin. Hidung mulai dapat menci...

Menyukai Hujan

Menyukai Hujan

Menyukai Hujan - www.tulisanayas.com

Sore hari di akhir Oktober. Langit menggelap karena awan hitam pekat berkumpul. Hembusan angin mulai terasa dingin. Hidung mulai dapat mencium petrikor. Pertanda hujan akan turun. Suasana di luar kantor terlihat cukup menyeramkan, namun entah mengapa hatiku menghangat bahagia. Tahu kah kamu mengapa? Karena aku menyukai hujan.

 

Mungkin kamu berpikir alasanku menyukai hujan adalah ku bisa menangis tanpa ketahuan orang lain karena air mata di pipi tersapu oleh rintik hujan. Tidak. Bukan itu alasannya. Alasan itu terlalu klasik. Aku pun sedang tidak bersedih. Aku suka hujan karena aku bisa merasakan rentetan kebahagiaan yang bisa aku dapat ketika hujan itu turun. Tidak seperti sebagian orang yang spontan menyeletuk "Duh kok hujan sih?!", justru aku berteriak "Yeay! akhirnya hujan!". Aku bisa merasakan di gelapnya langit, di derasnya air turun menghujam bumi, pada gemuruh guntur menyambar, di situ terdapat kebahagiaan hati dan jiwa yang hanya bisa dirasakan saat momen ini saja.

 

Aku bergegas membereskan pekerjaan. Meja kerja ku rapikan. Tas ku jinjing. Kardigan ku kenakan. Aku berpamitan ke orang-orang. Aku pulang.

 

Keluar kantor menuju parkiran, aku disambut riangnya alunan rintik hujan seakan-akan menyambut kepulanganku dengan penuh suka cita. Ku segera kenakan jas hujan (iya, meski suka hujan, aku tetap harus mengenakannya karena tubuhku sedang tidak baik-baik saja, khawatir sakit katanya). Lalu, ku tancap gas motor listrik ini (jangan membayangkan seperti ngegas motor lain ya, ini motor listrik. Pelan. hahaha). Ku menembus derasnya hujan. Wah, gila. Hati aku bahagia banget!

 

Kenapa bahagia? Karena tubuhku yang lelah dan pikiran yang sudah melanglang buana, tiba-tiba disiram ribuan kubik air hujan. Rasanya tuh kaya di-refresh oleh alam. Segar banget asli! Wajahku terkena terpaan hujan bak dibasuh oleh Tuhan. Sekali lagi, membahagiakan.

 

Tak lama berjalan, ku melihat abang gorengan sedang menanti pembeli. Gorengannya ramai, tapi sepi. "Coy, dingin-dingin gini gorengan anget gitu nikmat tuh!", kataku pada hati. Tanpa pikir panjang, aku melipir, ambil duit, "Bang, campur!". Abangnya dengan sigap mengambil setiap jenis gorengan yang dia punya. Sat set, bungkus. Selesai. Abangnya tersenyum, "makasih ya A'!".

 

Sekali lagi, kebahagiaan. Aku bahagia bisa melipir beli gorengan anget-anget di kala dinginnya hujan. Abangnya dapat rezeki karena gorengannya terjual. Tuhan, caramu sungguh asyik dalam memberi rezeki.

 

Satu kantong plastik gorengan ku masukkan ke dalam jok. Ku menyusuri lagi jalanan menuju kontrakan. Tiba-tiba hatiku nyeletuk lagi. "Coy, keknya gorengan gini doang kurang deh, hujan-hujan sambil ngemie asoy gasii?!?!". Duh, jujur saya sulit menolak kalau hati sudah bersabda. Jadilah saya melipir lagi ke warung Bapak/Ibu Kontrakan sebelum masuk ke garasi memarkirkan motor. "Pak, popmi rasa ayam 1, indomie goreng 1, telur 2". Bungkus.

 

Sekali lagi, kebahagiaan. Aku bahagia bisa beli mie-miean untuk menemani rintikan hujan. Bapak Kontrakan bahagia karena produk di warungnya terjual. Tuhan, caramu mengalirkan rezeki itu sungguh asyik.

 

Sampailah di kontrakanku.

Ku lihat motorku yang sebelumnya kotor berdebu, sekarang jadi bersih karena dicuci secara gratis oleh Malaikat Jibril (Fyi, Malaikat yang ditugaskan untuk menurunkan hujan oleh Tuhan adalah Malaikat Jibril). Tinggal ku lap dikit, beres deh kinclong.

 

Sekali lagi, kebahagiaan. Tuhan tahu motornya Ayas ini kotor berdebu banget karena belum sempat nyuci, jadinya Dia mengutus Malaikat Jibril untuk mencucinya. Terima kasih ya Tuhan. Baik banget deh sama aku.

 

Masuk ke kontrakan, nyalakan AC, bersih-bersih, cuci-cuci. Keluar dari kamar mandi, disambut dinginnya udara kamar, wah gila! ada suatu rasa yang sulit untuk aku ungkapkan. Kamu pasti pernah juga kan ngerasain ini? Perasaan yang timbul dari kita yang abis kehujanan, mandi, terus ke kamar, kaya enak bahagia gitu gasii? Ditambah lagi rebahan, terus selimutan. Duh nikmat banget.

 

YaAllah, banyak banget kebahagiaan dan kenikmatan yang aku rasakan pada sore hari di akhir Oktober ini. Maafkan aku yang sering kali mendustakan segala kenikmatan darimu. Terima kasih sudah mengingatkanku melalui cara yang bukan menyiksa, justru membahagiakan dari turunnya hujan dan segala rentetan kebahagiaan dan keberkahannya yang bukan hanya dirasakan olehku tapi juga dirasakan oleh mereka yang mengharap rezeki kala hujan.

 

Aku menyukai hujan.

Aku menyukaiMu, Tuhan.

Dia itu Paham

Dia itu Paham

Dia itu Paham - www.tulisanayas.com

Dia itu paham.

Sangat paham.

Maha paham.


Layaknya orangtua yang belum memberikan akses gawai ke anaknya. Bukan tak mampu membelikan. Akan tetapi mereka paham, si anak belum mampu untuk mengendalikan dirinya jika memiliki akses tersebut. Akan sangat berbahaya bagi seorang anak di usia belia diberikan akses sebebas-bebasnya untuk melihat hal-hal yang sebenarnya belum pantas di usianya.


Bukan berarti orangtua melarang ataupun mengekang. Justru karena sayang. Karena bisa jadi, sesuatu hal yang belum pantas untuk kita dapatkan namun terlampau awal memilikinya, justru berpotensi membahayakan dan membawa pada kerugian.


Oleh karena itu, untuk diri kita yang merasa belum bisa mendapatkan akses ke "sesuatu" apapun itu, mari kita tengok ke dalam diri kita dalam-dalam. Alih-alih bertanya,

"Kenapa sih aku gak bisa dapetin itu?"

"Kenapa sih aku minta ini gak diturutin?"

"Kenapa orang lain punya itu sedangkan aku nggak?"


Lebih baik tanyakan pada diri sendiri,

"Apa sih yang kurang dari diriku?"

"Apa bagian dari diriku yang harus aku benahi?"

"Apa hal yang bisa ku lakukan sehingga aku pantas untuk memilikinya?"

"Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan apa yang aku inginkan?"


Itu lah yang dinamakan berusaha. Berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, dapat diawali dengan mempertanyakan apa yang sebenarnya menjadi persoalan dalam diri sehingga kita belum bisa mendapatkannya. Dari situ, kita bisa bergerak dengan langkah yang lebih tepat berdasarkan jawaban atas apa yang bisa dibenahi, diubah, dan ditingkatkan dari diri kita. Jika usaha sudah dilakukan, maka kita tinggal berdoa, bersabar, dan menyerahkan kepada-Nya. 


Tak perlu risau. Tak perlu ragu. Karena Dia paham.

Sangat paham.

Maha paham.


Siapa Dia?

Tidak lain, tidak bukan, Dialah Allah.


"Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." [Al Hujurat ayat 18]


Allah tentu maha mengetahui apa yang menjadi persoalan, permasalahan, dan permintaan setiap hamba-Nya. Tidak ada yang luput sedikit pun dari pandangan Allah. Tidak ada suara rintihan doa hamba-Nya yang tak didengar Allah. Tidak ada satu pun permintaan yang tak dikabulkan oleh Allah. 


"Jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang-Ku, maka (jawablah), ‘Aku dekat. Aku akan mengabulkan permohonan orang yang berdoa jika ia memohon kepada-Ku.'" [Surat Al-Baqarah ayat 186]



Masalahnya, apakah kita sudah pantas untuk mendapatkannya?


Hanya Allah yang tahu soal kepantasan, soal kapan, soal apa, dan soal bagaimananya tentang sesuatu itu terhadap kita.


Kita? 

Sekali lagi, cukup berusaha, berdoa, dan bersabar sehingga kita bisa menjadi pribadi yang pantas untuk mendapatkan sesuatu yang baik bagi kita dengan jalan yang lancar dan sukses, serta diberikan pada waktu yang tepat.


Semoga apapun yang kita inginkan, kita usahakan, kita doakan, bisa segera dipantaskan dan diberikan oleh Dia untuk kita.


Aamiin.

Hidup Dua Kali

Hidup Dua Kali

Hidup Dua Kali - www.tulisanayas.com


Kala senja menyapa, tubuh lunglai tergeletak lelah, pikiran menyerbu tanpa arah, dan batin yang gelisah, ada sebuah klip video muncul di beranda. Potongan video yang bagi sebagian orang mungkin tak begitu bermakna. Tetapi bagiku, bagai setetes air yang mampu menghancurkan kerasnya batu cadas. Apa isi videonya?


Adriano Qalbi, seorang komika, dalam podcast-nya bersama Daniel Mananta, ia berkata,

"Semua orang dikaruniai dua kehidupan. Yang kedua dimulai saat dia sadar dia cuma punya satu".

 


Di kehidupan yang pertama, orang awalnya cenderung akan menyia-nyiakan hidupnya. Ya sudah, hidup serasa cuma sekali alias YOLO (you only live once). Merasa bahwa semuanya akan kekal dan bertahan selamanya. Mungkin karena sudah mencapai usia 40, terpentok suatu masalah, dan semacamnya, kemudian dia akan sadar bahwa sebenarnya hidup yang dia punya itu hanya satu. Lalu, kehidupan yang kedua akan dimulai. Akhirnya sadar bahwa itu semua sia-sia. Sadar tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Sadar bahwa tidak perlu bersedih berlama-lama. Karena tidak ada yang pasti, yang pasti hanya perubahan. 


Saya langsung tertegun, bangkit dari rebah, pikiran menyeruak, dan langsung bertanya kepada diri, 

"Ngapain aja gua selama ini?"


Di momen itu lah kehidupan kedua saya dimulai. 


Tak menyangka saya disadarkan akan hidup yang ketika saya kilas balik ke belakang, ternyata banyak sia-sianya. Banyak waktu yang sebenarnya bisa dimanfaatkan lebih baik untuk menyongsong masa depan. Banyak uang yang sebenarnya bisa dibelanjakan dan diinvestasikan pada sesuatu yang bernilai tambah. Banyak energi yang sebenarnya bisa disalurkan pada sesuatu yang lebih prioritas. Banyak pikiran yang sebenarnya bisa difokuskan pada hal-hal yang lebih bermakna. Banyak kesempatan emas yang seharusnya bisa diambil.


Sungguh maha benar firman Allah mengenai waktu. Dia berkata dalam Al-Asr,

Demi waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang memanfaatkan waktunya untuk berbuat kebaikan.


Bahkan Tuhan yang menciptakan saya dan waktu itu sendiri, bersumpah atas waktu. Kok bisa-bisanya saya terlena terhadapnya?


Sungguh saya merasa merugi. Tapi tak mengapa. Tak perlu disesali apa yang sudah terlewat. Lebih baik sadar terlambat, daripada tak sadar sama sekali. Jadikan kenangan di masa lalu menjadi pengalaman yang begitu berharganya dalam membentuk pribadi kita yang sekarang.


Kata terlambat pun sebenarnya bias. Memangnya manusia tahu kapan batas waktu hidupnya? Tentu tidak. Jadi, ketika sudah tersadar, mari perbaiki semuanya perlahan. Perbaiki semuanya selangkah demi selangkah, bata demi bata, sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit. Mari manfaatkan waktu dan kehidupan yang diberikan Tuhan untuk berbuat kebaikan.


Mari mulai kehidupan kita yang kedua.


Semoga lancar, semoga sukses, Allah membersamai, aamiin.


Merokok, Menampar, Membela, dan Masuk Daftar Hitam

Merokok, Menampar, Membela, dan Masuk Daftar Hitam

Merokok Menampar Membela dan Masuk Daftar Hitam - tulisanayas.com

Pertengahan Oktober 2025 ini diriuhkan dengan banyak sekali berita yang menurut saya, memilukan. Memilukan karena lagi-lagi muncul berita mengenai murid yang melaporkan pendidiknya akibat didikan yang diberikan kepadanya. Saya pikir berita macam ini tidak akan muncul lagi setelah beberapa tahun silam. Ternyata, di zaman yang katanya penuh dengan keterbukaan informasi dan pikiran karena tersedianya ribuan platform kecerdasan buatan, justru menutup akal dan hati sang pengguna dalam menerima makna pendidikan, terlebih lagi karena kenakalan yang seharusnya memang pantas untuk diluruskan. Ya, saya sedang membahas soal seorang Siswa SMA 1 Cimaraga yang ditampar saat tertangkap basah sedang merokok di sekolah oleh Kepala Sekolah. Bukan, bukan Kepala Sekolah, tetapi Guru, Pendidik. Lebih gongnya lagi, teman-teman satu sekolahnya membela Siswa perokok tersebut! Kok bisa?

Ada beberapa poin dalam pikiran yang ingin saya keluarkan pada tulisan kali ini yaitu:
  1. Merokok, apakah salah? Bagaimana dengan seorang siswa merokok di sekolah?
  2. Menampar, apakah dapat dibenarkan? Bagaimana dengan Guru yang menampar Muridnya?
  3. Solidaritas yang sesat
  4. Akibat (ini bagian yang menurut saya paling seru. Efek dominonya ke mana-mana)

Merokok, apakah salah? Bagaimana dengan seorang siswa merokok di sekolah?

Merokok Menampar Membela dan Masuk Daftar Hitam - tulisanayas.com

Kita semua pasti sudah paham apa itu merokok. Merokok sering kali dilakukan untuk merilekskan pikiran. Katanya, setiap masalah dalam kepala akan hilang seiring tarikan dan hembusan asap tembakau. Dikaji dari sudut pandang Islam, merokok dihukumi sebagai aktivitas yang makruh bahkan ada yang mengharamkan karena beberapa pertimbangan. Misalnya, merokok ini adalah aktivitas yang sebenarnya sia-sia karena sudahlah "membakar uang", juga berdampak negatif pada kesehatan. Bukan hanya kesehatan diri sendiri, melainkan bisa juga orang lain yang terkena efeknya. Rasanya tak perlu saya panjang lebar menjelaskan soal hukum dan dampak negatif dari merokok ini. Kita semua tentu sudah paham dan sadar kan? Namun, kita juga tidak bisa serta merta melarang orang yang memang memutuskan untuk merokok. Itu hak mereka juga. 

Akan tetapi, hal yang perlu tetap diingat adalah hak pribadi kita dibatasi oleh hak orang lain. Kita boleh saja merokok, tapi ingat, di mana tempatnya yang diperbolehkan? Yang berpotensi mengganggu orang lain? Di sekolah? Serius nih di sekolah? Sekolah itu tempat apa sih? Tempat belajar kan? Kok bisa-bisanya kamu merokok di sekolah? Aneh. Bikin geram. Di mal saja, kamu merokok, kamu diusir lho sama satpam. Apalagi di sekolah. Kamu di sekolah itu dikasih ilmu soal biologi, soal sistem pernapasan, dan tentunya Guru pasti akan menyinggung persoalan bagaimana jika benda asing seperti asap rokok masuk ke dalam organ paru-parumu, merusak alveolusmu. Okelah anggap saja kamu paham soal ini dan tetap menghisapnya. Tapi ya sudah, janganlah kamu melakukan hal yang bertentangan di tempat di mana kamu mendapatkan hal baik yang seharusnya dilakukan. Tidak etis.

Menampar, apakah dapat dibenarkan? Bagaimana dengan Guru yang menampar Muridnya?

Merokok Menampar Membela dan Masuk Daftar Hitam - tulisanayas.com

Plak! aduh, sakit!
Kira-kira itu efek suara yang timbul ketika terjadi tamparan. Berasa kan? cuma tulisan loh. Tapi, kita bisa membayangkan bagaimana rasanya ketika pipi kita ditampar oleh orang lain. Apalagi kalau secara tiba-tiba, ada efek kejutnya juga. Hahaha. 

Tampar menampar ini biasanya terjadi ketika ada perseteruan antar dua belah pihak. Satu pihak merasa benar, pihak yang lain dianggap salah besar. Maaf, tambah term & condition sedikit lagi, biasanya terjadi antara laki-laki dan perempuan, karena kalau antar lelaki sih biasanya langsung baku hantam aja ya. Hahaha. Oke. Cukup ketawa teksnya. 

Menampar jelas salah. Apalagi kalau dilakukan pada orang yang kita tidak kenal, tidak ada buat masalah apapun, dan tidak seharusnya ditampar. "Jujur dia baek" kalau kata Bang Rico Grind Boys. Tetapi, dalam konteks ini, apakah Guru menampar Siswa itu salah? 

Coba kita bayangkan saja ada di situasi tersebut ya. Mari gunakan empati dalam hati. Kita bayangkan menjadi Guru tersebut. Kita adalah guru yang berangkat pagi-pagi ke sekolah, memberikan ilmu dan didikan pada murid-murid, berpeluh-peluh, mengajar, mendidik, ceramah sampai berbusa, eh suatu ketika kita melihat salah satu siswa merokok di sekolah. Apa yang akan kamu rasakan? Pedih! Sakit! Kecewa! Sontak, Plak! 

Tamparan itu bukan semata-mata kekerasan fisik belaka, melainkan ungkapan spontan atas kekecewaan yang dirasakan dalam hati yang perih melihat ternyata siswa yang dididiknya tidak menerapkan ilmu, ajaran, dan didikannya selama ini. Sang Guru pasti langsung mempertanyakan eksistensinya. Jadi, aku selama ini didengar gak sih? Aku selama ini diperhatikan gak sih? Ilmu dan didikan yang aku kasih sepenuh hati kepada siswa yang ku sayangi itu sampai gak sih? Kok kayanya nggak ya? Aku salah apa ya? Luapan emosi dan kesedihan jiwa seorang Guru melihat muridnya yang disayanginya ternyata berbuat salah secara spontan tersalurkan melalui tamparan. 

Kalau dilihat dari sisi hukum, mungkin bisa jadi salah bahwa Guru menampar Murid. Akan tetapi, dari sisi moral, menurut saya, Guru tidak bisa disalahkan. Itu adalah hal yang spontanitas dilakukan karena bisa jadi Guru tersebut berpikir bahwa omongan sekali dua kali dan ribuan kali yang sudah dilakukannya di kelas, ternyata tidak membuahkan hasil, maka tamparan kasih sayang itu lah yang bisa jadi menyadarkannya. Alih-alih membuatnya sadar, justru sang Murid memperkarakan tindakan Sang Guru yang telah mendidiknya selama ini. Sang Guru yang merupakan Kepsek SMA 1 Cimarga itu pun di-nonaktifkan oleh Gubernur Banten. Ironi.

(info terbaru, setelah berdamai, Kepsek tersebut tidak jadi dinonaktifkan, salut!)

Membela Seorang Penjahat adalah Solidaritas yang Sesat!

Merokok Menampar Membela dan Masuk Daftar Hitam - tulisanayas.com
sumber: tvonenews.com

Oke, mungkin kata penjahat agak terlalu berlebihan di sini. Tapi, tetap saya gunakan agar sub judulnya masih berima "penjahat - sesat", hehe. 

Sungguh di luar nalar ketika saya membaca kelanjutan berita "Siswa ditampar Kepsek karena Kedapatan Merokok di Sekolah" ini. Sebanyak 630 siswa-siswi SMA 1 Cimarga, Lebak, Banten melakukan aksi mogok belajar buntut dari temannya yang ditampar Guru karena ketahuan merokok di sekolah! Gila gak tuh! 

Anggaplah satu angkatan ada 200an siswa, berarti ada 3 angkatan yang mogok sekolah. 3 angkatan. Apa sih yang dipikirkan mereka saat melakukan aksi protes ini? Alur berpikir logikanya gimana sih? 

Saya sudah mencoba berkali-kali menemukan justifikasi positif dari aksi protes ini, tapi tidak ada yang bisa masuk di akal. Coba kita bedah ya:
- X merokok di sekolah
- X ketahuan oleh Y 
- X ditegur dan ditampar oleh Y
- X lapor orangtuanya lalu diperkarakan
- Siswa-siswi A, B, C, ... Z berpikir dan menyuarakan "Wah, teman kita ditampar Guru nih gara-gara merokok di sekolah. Teman kita boy! Cuma merokok di sekolah loh, kok sampai ditampar? Kita harus protes! Kita besok tidak usah ke sekolah! Kita mogok belajar sampai masalah ini selesai!"

Lucu banget gak sih? Lucu asli.
Ini sama saja kalian mendukung perbuatan X yang jelas salah dan menentang cara Guru mendidik muridnya. Jelas salah sekaligus lucu. Kalian beramai-ramai mendukung perbuatan salah melalui cara yang jelas salah dan merugikan kalian sendiri. Mogok belajar? Apa yang kalian dapatkan sebagai seorang pelajar atas aksi mogok belajar dari tempat belajar? Ya, ya tidak mendapatkan apa-apa lah! Justru kalian menunjukkan kebobrokan cara berpikir dalam menyikapi suatu permasalahan. Viral banget loh tindakan kalian ini. Tahu kan akibatnya kalau cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang salah menjadi viral di internet? Solidaritas yang sesat.

Akibat

Merokok Menampar Membela dan Masuk Daftar Hitam - tulisanayas.com
sumber: Instagram Zona Mahasiswa

Singkat saja, 630 siswa-siswi SMA 1 Cimarga sudah ditandai dan masuk daftar hitam untuk tidak diterima sebagai karyawan oleh kemungkinan hampir seluruh HRD perusahaan di Indonesia. Iya, tiga angkatan di-blacklist dari calon tempat mereka bekerja. Bersiaplah untuk menjadi wirausahawan teman-teman.

Saya sebenarnya kasihan ya dengan mereka. Akibat dari solidaritas yang sesat, kalian justru mendapatkan efek domino yang luar biasa merugikan. Oke lah kalau kalian memang setelah lulus sekolah berencana melanjutkan bisnis keluarga, tapi yang lain bagaimana? Saya yakin sebagian besar dari siswa siswi yang sekolah di sana, setelah lulus mesti berharap bisa berkuliah dan bekerja di tempat yang bisa mengangkat derajat keluarga. Sekarang? Gimana? Masih ada harapan? Mungkin ada, kecil. Setiap perekrutan pekerja pasti ada yang namanya background checking. Dilihat track record-nya seperti apa, berasal dari sekolah mana, "Eh, SMA 1 Cimarga nih. Yang dulu ikut-ikutan mendukung perbuatan merokok di sekolah itu ya? Reject!". Kebayang kan? Akibat solidaritas yang sesat, diri sendiri yang termakan buah pahitnya.

Saya yakin, dari 630 murid tersebut, hanya segelintir anak yang sebenarnya ingin membela si perokok lalu memprovokasi teman-teman lainnya untuk juga melakukan aksi yang sama atas nama solidaritas. Pasti ada tuh teman-teman yang sebenarnya "dia baek" (kalau kata Bang Rico Grind Boys), tapi karena merasa tidak enak sama yang lain, jadinya ikut-ikutan. Ini nih, merasa tidak enak dengan yang lain ini yang jadi permasalahan. 

Sering kali kita mengiyakan rasa tidak enak dengan yang lain untuk akhirnya ikut-ikutan melakukan perbuatan yang sebenarnya kita tidak mau melakukannya. Kalau perbuatannya positif sih masih oke lah ya. Misalnya, "Bro, yang lain nyumbang segini nih untuk kegiatan amal, masa lu nggak ikutan? Nyumbang yuk lah, 1000 2000 pun gak apa, masa gak punya?". Nah, itu masih oke tuh. Tapi, yang dilakukan sama 630 siswa ini kan tidak bisa kita benarkan. "Bro, temen kita ngerokok terus ditampar nih bro! Masa iya temen kita cuma karena ngerokok sampe ditampar? Gila apa tuh Guru! Yuk kita besok gausah masuk sekolah. Lu juga jangan masuk ya!". Kena deh. 

Kita menjadi manusia itu harus berprinsip agar tidak mudah disetir oleh orang lain. Perbuatan salah yang dilakukan oleh banyak orang, tidak serta merta menjadikannya tindakan yang benar. Seribu orang yang melakukan suatu perbuatan tercela, tidak mengubah status tindakan tersebut menjadi terpuji. Jadi, kita harus memahami terlebih dahulu apa yang menjadi pokok permasalahan, lalu berpikir secara mendalam mana posisi yang seharusnya kita berpihak. Tidak ada salahnya ketika orang pergi berjalan ke arah barat, kita berjalan ke arah timur. Tidak ada yang salah kok kalau kita berbeda dengan yang lain. Lebih-lebih pada ranah perbuatan yang jelas salah. Kalau posisinya benar sih gak masalah ya, kita jadi termasuk golongan orang-orang yang benar. Tapi, kalau ternyata salah seperti ini? Siapa yang tanggung jawab? Provokator? Gak mungkin bos! Diri kita sendiri yang menanggung akibatnya. Jadi, berhati-hatilah dalam menentukan sikap dan pihak.

Merokok Menampar Membela dan Masuk Daftar Hitam - tulisanayas.com

Satu hal lagi yang ingin saya bahas. Sekolah adalah tempat kita menimba ilmu. Orang yang menuntut ilmu akan diangkat derajatnya oleh Tuhan berkali-kali lipat. Banyak sekali orang yang di masa depannya menjadi bersinar karena pada masa sekarang dia sangat menghargai ilmu dan pemberinya. Sebaliknya, jika kita menodai kesucian dari ilmu, apalagi menyakiti sang pemberi ilmu yaitu Guru sebagai perantara sampainya ilmu pada kita, maka tak ayal derajat kita bisa dijatuhkan berkali-kali lipat oleh Tuhan. Contoh nyatanya adalah 630 siswa siswi SMA 1 Cimarga yang masuk daftar hitam HRD perusahaan di Indonesia. 630 murid tersebut akan kesulitan dalam mencari pekerjaan hanya karena membela teman yang melakukan perbuatan yang jelas salah. Dua hari mogok sekolah, bertahun-tahun efek negatifnya di masa depan. Kritis dan protes boleh, bodoh dalam eksekusinya jangan.

Semoga kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua, utamanya dalam bersikap.

Bangkit Lagi

Bangkit Lagi

Bangkit Lagi - TulisanAyas.com


Saya kerap kali membaca dan mendengarkan cerita-cerita orang yang membandingkan antara dirinya kini dan dirinya di masa lalu. Banyak yang merasa bahwa hidupnya yang sekarang tak secerah dulu. Banyak gagalnya. Bahkan saya pun juga masih sering membandingkan antara saya yang dulu dan yang sekarang. Dulu selalu juara kelas, tapi sekarang ilmu-ilmu itu entah terbang ke mana. Dulu bisa jadi kreator konten tulisan dan audio visual dengan penyimak puluhan ribu, sekarang ratusan pun tak sampai. Dulu bisa ini itu, sekarang gagal itu ini. Padahal, apakah iya sekarang kita itu benar-benar gagal? Apakah iya secara tren kita itu mengalami penurunan jika dibandingkan dengan masa lalu? Apakah iya kita sudah tidak bersinar lagi seperti dulu? Belum tentu. Tentu tidak.


Sering kali kita merasa terpuruk ketika terjatuh dan tak bisa bersinar lagi seperti dulu. Kita selalu membandingkan kesuksesan di masa lalu, dengan kegagalan sementara yang kita alami hari ini. Kita merasa seolah-olah semuanya sudah selesai. Tak ada lagi yang bisa dilakukan. Semuanya gagal. Semuanya sudah tamat. Saya tidak bisa secemerlang seperti dulu lagi.


Tetapi, coba deh perhatikan. Bunga mekar di awal pagi, lalu kuncup di akhir sore. Matahari terbit di awal hari, lalu terbenam bersama senjanya. Bulan pun sama, bersinar di awal malam, redup di waktu dhuha. Apakah mereka berhenti? Tidak. Kuncup, terbenam, tenggelam, redup, gelap, itu semua hanya sementara. Mereka sadar bahwa sistem dunia itu akan berputar sehingga tak terpuruk dan terlarut dalam suatu kondisi yang menurut kita sebagai suatu hal yang negatif. Justru kondisi tersebut adalah fase di mana mereka beristirahat. Mereka akan tetap mekar, terbit, dan bersinar esok harinya, esoknya lagi, dan lagi. 


So, what's the point?

It is okay to start over again.

Katakan pada dirimu, "Kalau saya jatuh tujuh kali, saya harus bisa bangkit untuk ke delapan kalinya, Bismillah!". 


Mari ubah pola pikir dan afirmasi negatif pada diri kita terkait dengan kegagalan yang terasa seperti dunia sirna, menjadi suatu kondisi di mana kita perlu mengistirahatkan jiwa, menyemangati diri, dan mengevaluasi agar bisa melenting lebih jauh lagi. 


Ingat-ingat ini. Dunia itu berputar. Tak selamanya kita gagal. Tak selamanya kita redup. Akan ada masanya kita kembali berhasil dan terang benderang lagi. Sekarang gagal tak mengapa. Evaluasilah yang perlu diperbaiki. Lalu, coba lah lagi dan lagi. Kita tak akan pernah tahu, dari 1000 anak panah yang kita lontarkan, ada berapa busur yang menancap tepat di tengah pusat sasaran, jika kita berhenti memanahnya. Tak perlu risau soal waktu. Selama kita masih dibangunkan di waktu shubuh, selama itu pula kita bisa dan harus terus mencoba.


Bangkitlah, bersinarlah, lagi, dan lagi.


Sembuh dengan Sendirinya dan Lupa melalui Pengalihan

Sembuh dengan Sendirinya dan Lupa melalui Pengalihan

Sembuh dengan Sendirinya dan Lupa dengan Pengalihan - www.tulisanayas.com

Sembuh dengan sendirinya. Apa memang yang perlu disembuhkan? Luka fisik? Apakah luka fisik bisa sembuh dengan sendirinya? Bukannya perlu diobati ya, dengan obat merah misalnya? Hmm... kali ini bukan lagi membicarakan soal luka fisik sih. Tetapi, kita akan bicara soal luka batin, pikiran negatif, dan segala hal yang terjadi pada kita terutama yang mengganggu.


Ini lagi, lupa melalui pengalihan. Kalau mau lupa, ya sudah tidak perlu dipikirkan. Emang bisa? coba deh kamu praktekkan. Malah jadi makin ingat ga sih? Itulah paradoksnya, makin dilupakan justru makin diingat. Lalu, bagaimana caranya benar-benar lupa ya?


Hai, aku Ayyasy, seorang lelaki yang mudah mengingat momen yang terjadi dalam hidup. Oleh karenanya, aku gampang banget untuk memiliki luka batin dari pengalaman-pengalaman negatif yang aku alami. Bahkan, ada orang yang pernah bilang aku adalah orang yang fragile (dibaca: mudah pecah alias rapuh alias lemah alias jangan dibanting!). Ya, what so ever you called me. 


Aku pun sebenarnya tidak mau menjadi seperti itu. Aku ingin menjadi orang yang kuat dan tahan banting. Aku ingin menjadi orang yang easy going. Aku berusaha untuk itu. Aku berusaha keras melupakan dan menyembuhkan. Salah satunya melalui menekan pikiran dan hatiku dengan berkata "lupain udah lupain kejadian tadi, udah lupain!", "yuk bisa yuk sembuh, udah gapapa, hatiku gapapa, ga ada yang berkurang kok.", "It is okay, keep calm". Damn! justru aku semakin mengingat dan luka itu makin menganga.

Portret Fyodor Dostoyevsky (1821-1881). Heritage Images/Getty Images.

Itulah paradoksnya pikiran kita. Ketika kita berusaha keras untuk melupakan, justru otak kita akan membuatnya semakin mudah muncul dalam pikiran dan akhirnya makin teringat. Hal ini sejalan dengan apa yang ditulis oleh seorang penulis Rusia bernama Fyodor Dostoyevsky di catatan perjalanannya di Eropa Barat "Winter Notes on Summer Impressions" tahun 1863 yaitu:

Try and set yourself the task not to think of a white bear, and the cursed thing comes to mind every minute.

yang artinya:

Coba deh buat dirimu untuk tidak mengingat beruang kutub, justru hal terkutuk itu muncul di pikiranmu setiap menit.


Ungkapan itu menunjukkan bahwa upaya untuk tidak memikirkan sesuatu justru akan membuat hal tersebut berputar-putar di pikiran kita.


Ungkapan tersebut menginspirasi seorang doktor Universitas Harvard di dunia Psikologi, Daniel Wegner, melalui penelitian beruang kutub untuk mengkaji hal tersebut kepada serangkaian partisipan. Sekelompok partisipan diminta untuk tidak memikirkan apapun soal beruang putih dan melaporkan apa yang ada di pikirannya dalam rentang waktu tertentu. Hasilnya justru partisipan tersebut terpaku pada memikirkan soal beruang putih. 


Eksperimen tersebut membuktikan bahwa usaha menekan pikiran tertentu justru menghasilkan efek yang sebaliknya yaitu membuat pikiran itu menjadi semakin kuat. Pak Wegner menyebutnya sebagai ironic process theory


Hal tersebut juga sejalan dengan pikiran-pikiran negatif dalam diri kita. Semakin kita ingin pikiran-pikiran negatif itu hilang, sebaliknya pikiran itu menjadi tertanam dalam otak secara lebih kuat. Mengapa hal ini bisa terjadi?


Ketika kita berusaha menekan tuk melupakan suatu pikiran, otak secara tidak sadar tetap melakukan pemantauan agar memastikan bahwa pemikiran tersebut akan benar-benar dilupakan. Dampaknya, otak akan makin mengingat pemikiran tersebut.


Pada emosi negatif seperti ketakutan, kecemburuan, kekhawatiran, dan kesedihan, pun sama mekanismenya. Kita akan semakin merasakan emosi negatif tersebut ketika berusaha untuk meredamnya.


Contohnya, aku dulu sewaktu kecil pernah mengalami kejadian negatif ketika berinteraksi dengan teman. Pengalaman tersebut membuat aku merasa takut ketika akan berinteraksi dengan orang baru. Takut salah tingkah, takut salah kata, takut salah ekspresi, takut menyakiti, dll. Aku sadar ini adalah hal yang negatif. Aku pun berusaha untuk melupakannya dan menekannya agar tidak muncul ketika akan berkomunikasi dengan orang lain. Sejalan dengan ironic process theory, justru aku makin ketakutan dan badan bergetar ketika ngobrol dengan orang lain. Pikiran dan perasaan negatif justru semakin menjadi-jadi.


Sekarang, bagaimana caranya agar dapat benar-benar lupa?

Fennell dan Teasdale melakukan sebuah penelitian mengenai efek dari distraksi terhadap pasien yang mengidap depresi. Sekelompok partisipan yang mengalami depresi diberi tugas untuk menyelesaikan puzzle. Tugas penuh konsentrasi tersebut dilakukan secara konstan oleh mereka dalam waktu tertentu. Ternyata, pikiran depresif yang dialami oleh pasien tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan sekelompok lain yang hanya duduk dan beristirahat. 


Penelitian tersebut mengarah pada kesimpulan bahwa pengalihan dapat dilakukan sebagai cara untuk melupakan pikiran negatif yang ada pada diri kita. Otak kita yang teralihkan melalui aktivitas-aktivitas yang memerlukan konsentrasi penuh justru dapat menghilangkan pikiran yang tidak kita inginkan. Hal tersebut dikarenakan kita akan lebih sedikit memiliki ruang untuk pikiran atau emosi negatif itu berada dalam diri. Sehingga, pengalihan menjadi solusi yang efektif untuk hal ini.


Apa pengalihan yang bagus untuk dilakukan?

Tentunya pengalihan dengan aktivitas yang positif dan perlu konsentrasi ya. Hal tersebut bertujuan agar pikiran dan emosi negatif benar-benar tergantikan oleh sesuatu yang baik asal dan dampaknya bagi kita. Aktivitas positif ini bisa bermacam-macam bahkan mungkin akan beda tiap personalnya. Distraksi ini bisa dimulai dari hobi. Misalnya memetik gitar, membaca novel, menonton dokumenter, merawat tanaman, membersihkan dan menghias kamar, atau pun sekadar bermain puzzle dan tetris. Harapannya, jika sudah tergantikan dengan sesuatu yang positif, akhirnya pikiran dan emosi negatif dapat terlupakan.


Maka dari itu, aku yang memiliki segudang luka batin dan mudah sekali punya pikiran negatif, menerapkan teknik pengalihan ini. Aku akan mengalihkan hal tersebut ke hal yang butuh perhatian lebih dan positif tentunya seperti menulis tulisan ini, membaca Quora, bermain tetris, angkat beban, bersih-bersih kamar, utak-atik akuarium, dan banyak lainnya. Aku pun sudah merasakan efek positif dari teknik distraksi ini yang rasanya pikiran dan hati menjadi lebih tenang. Ya harapannya pikiran negatifku dapat lupa melalui pengalihan dan luka batinku dapat sembuh dengan sendirinya. Semoga dirimu juga ya.


Puisi Bagaimana

Puisi Bagaimana

Puisi Bagaimana - www.tulisanayas.com

Kali ini aku tidak sedang ingin berbagi ilmu. Aku juga sedang tidak ingin berbagi isi dalam pikiran. Aku pun sedang tidak berminat berbagi keluh kesah. Aku hanya ingin menuliskan puisi. Puisi bagaimana?

Overthinking adalah Mekanisme Bertahan Hidup

Overthinking adalah Mekanisme Bertahan Hidup

Overthinking adalah Mekanisme Bertahan Hidup - www.tulisanayas.com

Overthinking, yang dalam bahasa Indonesia artinya berpikir secara berlebihan, adalah suatu aktivitas yang setiap orang pasti alami. Bahkan ada kaum-kaum yang hobi banget untuk ber-overthinking ria. Overthinking-nya pun tidak kenal tempat, tidak kenal waktu. Lagi di sekolah atau kampus, ada jam kosong sedikit, dibuat overthinking. Lagi di kantor, punya waktu senggang dikit, overthinking. Sudah di rumah, suasana sudah damai, tenang, sunyi, eh overthinking lagi. Ada apa sih kawan? Apa sih yang dipikirkan secara berlebihan? Chill, bro! HAHAHA. Padahal si penulis sendiri yang mengalami hal ini. Iya, pasti kamu juga, kan? 


Kalau menurutku, overthinking adalah salah satu mekanisme manusia untuk bertahan hidup. Bagaimana bisa? yuk kita diskusikan bersama.